Beberapa tahun kebelakang
mungkin kalangan mainstream nan hitz Indonesia belum terlalu mengenal sosok Eka
Kurniawan. Meskipun cerpen-cerpennya sudah sering dimuat di beberapa media
seperti Kompas, Tempo, Media Indonesia, Esquire dan sempat juga dimuat di
majalah Playboy. Barulah beberapa bulan yang lalu (saya lupa tepatnya bulan
apa) muncul tautan mengenai berita tentang salah satu novel Eka Kurniawan yang
bertajuk "Cantik Itu Luka" yang diterjemahkan ke beberapa bahasa, dan tautan ini
banyak dishare oleh orang-orang di media sosial terutama di facebook. Sudah
pasti berita ini sedikit mengguncang dunia kalangan mainstream nan hitz Indonesia,
karena ada bau go internasional pada berita tersebut, dan hal-hal yang berbau
go internasional memang sangat digandrungi pada masa ini.
Oke kita stop nyinyirnya
sampe disini. Sekarang saya akan sedikit bercerita awal saya berkenalan dengan
karya Eka Kurniawan. Pernah suatu kali di toko buku saya terkesima dengan buku
"Cantik Itu Luka", ya…. karena cover-nya yang aduhai dan agak sedikit gimana gituh
yah (gak tega mau ngomong norak) dan dengan nama penulis yang gak komersil (duh
maaf yah, iyah memang saya suka agak tolol mengani hal yg satu itu), kemudian
saya tidak menyentuh buku tersebut.
Beberapa minggu setelah itu barulah seorang
teman yang bisa dipercaya mengenai perbukuan menyarankan saya untuk membaca
Cantik Itu Luka, karena saya percaya dia (dan tentunya masih percaya Tuhan)
beberapa hari setelah itu saya membaca "Cantik Itu Luka". Dan saya suka sekali
dengan "Cantik Itu Luka".
Saya tidak tahu buku bagus itu yang seperti apa, tapi
saya tahu buku yang saya suka yang seperti apa. Dan sekali lagi saya bilang,
saya suka "Cantik Itu Luka" (kejadian ini berlangsung sebelum banyaknya kalangan
mainstream nan hitz Indonesia share berita tentang Eka Kurniawan dan Cantik Itu
Luka di media sosial. Tetep biar kelihatan lebih duluan dan gak ikut arus
*ternyata nyinyirnya belum stop*)
Setelah itu saya
penasaran dengan karya Eka Kurniawan yang lain, kemudian saya membaca "Lelaki
Harimau" dan "Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas" (dan kedua buku itu masih
dengan cover yang agak gimana gituh yah). Dan ternyata lagi-lagi saya gak tau
itu buku bagus atau bukan, tapi saya tahu
itu buku yang saya suka.
Setelah beredar berita
tentang ke-go internasional-an Eka Kurniawan, kemudian munculah novel baru nya
yang berjudul “O” (ini pinter banget deh penerbitnya, ngeluarin buku disaat
yang tepat). Tak ingin ketinggalan, saya langsung melahapnya hanya dalah
hitungan hari, dan lagi-lagi saya tidak tahu buku ini bagus atau tidak, tapi
saya sangat yakin bahwa “O” adalah buku yang sangat saya suka.
Dengan tokoh utama
seekor monyet, dan ada banyak cerita dengan tokoh binatang seperti anjing,
tikus, buaya, burung, babi, dengan sisipan kritik sosial dan sarkasme yang indah,
itu mebuat saya jatuh cinta kepada “O”
Satu hal yang sangat saya
kagumi dari buku “O” ini, Eka Kurniawan selalu menjelaskan latar belakang yang
beragam dan mengejutkan dari setiap tindakan tokoh-tokohnya. Dan di jaman
sekarang dengan godaan menghakimi orang yang sangat deras seperti air susu dari
seorang ibu yang baru melahirkan, karya Eka Kurniawan ini mampu menyadarkan
saya untuk berpikir beberapa kali lagi ketika akan menghakimi orang. Jika kita
tidak mengetahui alasan mereka, dan tidak bisa memandang dari sudut pandang
mereka, maka janganlah kita tergoda untuk menghakimi orang lain.
Sekali
lagi saya bilang,
saya tidak tahu buku bagus itu seperti apa, tapi saya tahu buku “O” ini
adalah
buku yang saya suka. Dan dibandingkan dengan "Cantik Itu Luka", "Lelaki
Harimau" dan "Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas", cover “O” jauh
lebih kece.
Memang saya sering khilaf
melihat buku dari covernya *tobat*