Sunday, October 14, 2012

bahagia itu pilihan


Sabtu kemarin, ketika pagi datang, kemudian saya terbangun dari tidur, tanpa saya sadari saya telah memutuskan untuk menjadi orang yang bahagia.
Setelah cuci muka (iya saya nggak mandi) kemudian saya menyeruput 2 kali kopi di cangkir mama saya tercinta, lalu saya berjalan menuju suatu perumahan di dekat rumah saya sambil membawa kamera.

Dulu ketika saya masih kecil, perumahan tersebut adalah perumahan khusus pegawai Patal. Patal yaitu nama BUMN yang bergerak di bidang textile, dan dulu sangat terkenal, tetapi sekarang muncul isu akan gulung tikar.
Perumahan yang dulu sangat asri, dilengkapi dengan fasilitas seperti lapagan sepak bola, masjid yang megah dan sekolah taman kanank-kanak, sekarang menjadi brantakan tak beraturan.

Mengapa saya mengunjungi perumahan ini? Karena saya selalu terpesona dengan deretan gunung yang ada di belakang deretan rumah salah satu blok di perumahan tersebut yang bisa saya lihat dari tengah-tengah lapangan sepak bola.
Lihatlah, saya langsung disambut dengan pemandangan matahari yang muncul perlahan di balik deretan gunung.



Puas telah mendapatkan beberapa foto sunrise, tidak serta merta saya cepat-cepat meninggalkan tempat ini.
Saya masih ingin bahagia. Kata seorang teman, bahagia itu sederhana asalkan kita peka. Saya melihat sekeliling, saya mendapati deretan pohon di kiri kanan jalan yang sudah tidak hijau lagi dengan dedaunan berwarna kuning yang berguguran ke tanah.


Kemudian saya melihat lebih dekat setiap tanaman liar yang tumbuh diantara rerumputan, embun yag masih tertinggal di rerumputan, ulat yang merayap di dedaunan, dan kupu-kupu yang malas terbang.






Saya abadikan semuanya dengan kamera, saya bahagia. Dan saya mengerti apa yang dimaksud dengan bahagia itu sederhana.


Kebahagiaan saya tak berakhir sampai disitu, ketika saya melihat hasil tangkapan gambar saya di kamera, saya tersenyum dan saya masih bahagia. Ketika saya memindahkan foto-foto tersebut ke laptop, kemudian saya lihat satu persatu saya tersenyum dan saya bahagia. Dan ketika saya menulis tulisan ini pun saya masih bahagia.

Ternyata saya bisa bahagia berhari-hari karena pada suatu pagi ketika saya bangun tidur tanpa saya sadari saya telah memutuskan untuk menjadi bahagia.
Maka mulai sekarang, setiap saya bangun tidur di pagi hari, saya akan memutuskan, saya akan menjadi orang yang bahagia.
Bahagia itu pilihan, bukan takdir.