muka hitam, penuh jelaga

andaikan dua pemadam kebakaran pergi ke hutan untuk memadamkan kebakaran kecil. setelah selesai, mereka pergi ke sebuah anak sungai.
wajah yang seorang hitam penuh jelaga, sementara yang lain bersih sama sekali. pertanyaannya siapa di antara mereka yang akan membasuh muka.

sepenggal paragraf diatas saya ambil dari novel the zahir karya paulo coelho. pertanyaan dari tokoh utama pria yang dilontarkan kepada tokoh perempuan yang sedang merasa cemburu.

ketika membaca paragraf tersebut, saya langsung menjawab dalam hati. pastilah orang yang akan memcuci muka yaitu orang mukanya hitam penuh dengan jelaga. dan ternyata jawaban saya pun sama dengan jawaban si perempuan yang sedang cecmburu itu.

tapi menurut si tokoh utama pria, orang yang akan membasuh mukanya yaitu orang yang mukanya bersih. loh...., kok bisa???

yang wajahnya kotor melihat wajah temannya bersih, dan dia mengira wajahnya sendiri juga bersih. Yang wajahnya bersih melihat wajah temannya kotor, dan dia akan berpikir, wajahnya pasti kotor juga, lebih baik dia cuci muka.

pernahkah kita berada di situasi seperti ini, ketika kita merasa baik-baik saja karena melihat orang-orang disekitar kita baik-baik saja, padahal kenyataannya tidak, atau sebaliknya.
lingkungan dan orang-orang disekitar kita sedikit banyak mempengaruhi tindakan kita, yang terkadang kita tidak menyadarinya.

kejadian dua pemadam kebakaran diatas mungkin sama dengan kejadian, kalau kita sedang berhadap-hadapan dengan seseorang, kemudian kita membersihkan kotoran di ujung mata kita, maka secara otomatis orang di depan kita, tanpa dia sadar akan melakukan hal yang sama, padahal tidak ada kotoran di ujung matanya.
mau dicoba? silahkan.... :D