Monday, July 30, 2012

pesona i-phone

“Hari gini masih pake BlackBerry? RIM-nya aja udah mau bangkrut tauuuu….”.  Itu komentar bercandaan dari seorang teman.
Gila yah sekarang pake smart phone semacan BlackBerry ajah sudah bisa dinyinyir-in orang, apa kabar saya yang masih pake ponsel Nokia monochrom-candy bar yang bunyi ringtone-nya masih tat-tit-tut-tat-tit-tut *self puk-puk*

Pemandangan orang-orang nunduk sambil megang BlackBerry di public area sebentar lagi akan berganti dengan pemandangan orang-orang  yang lagi nunjuk-nunjuk layar I-phone, I-pad , Samsung Galaxy , Tab dan semacamnya.

Menurut survey alakadarnya dari bertanya ke beberapa teman dan kenalan, gadget yang paling nge-hitz dan ingin dimiliki oleh orang-orang (Indonesia) adalah I-phone.
Kejadian ini bikin saya dejavu, inget jaman dimana orang-orang berlomba-lomba untuk memiliki BlackBerry. Dan satu sampai dua tahun setelah itu banyak mendapati orang-orang di angkutan umum bbm-an.
Akankah setahun atau dua tahun dari sekarang saya mendapati orang-orang di angkot nunjuk-nunjuk layar I-phone? Bisa jadi bahkan sangat bisa.

Kok bisa-bisanya sih saya bilang sangat bisa?, hiyaiyalah ini di Indonesia gituh loh. Di Indonesia itu gak usah blablabla, yang penting blablabla.
Nah…., Ini beberapa contoh gak usah blablabla yang penting blablabla,

1. Gak usah mikirin harga I-phone semahal apa, orang-orang pasti akan bela-belain nyicil, beli pake kartu kredit atau beli barang black market di online shop.

2. Gak usah bilang sinkronisasi I-phone gak mudah, banyak toko di pusat-pusat elektronik yang menyediakan jasa ini.

3. Gak usah bilang beli aplikasi I-phone gak mudah, gak perlu aplikasi keren, yang penting udah nenteng I-phone udah gaya kok.

4. Gak usah bilang sayang mubazir beli I-phone klo cuma buat nge-Line atau Whatsup-an atau Instagram-an doang, tanpa install aplikasi-aplikasi keren, pokoknya klo posting apapun di jejaring sosial manapun  harus ketauan postingnya dari I-phone.

Ada satu obrolan lucu dari seorang teman yang dia kutip dari situs 9gag. Katanya begini, kotoran saja kalau dikasih logo apel kegigit pasti laku keras. Maaf yah agak jorok, tapi aslinya di 9gag emang ituh kok.

Kebayang yah, kalau saya jadi BlackBerry, pasti saya akan nelangsa banget. Ibarat istri tua yang sudah tidak rupawan lagi ditinggal oleh suami yang lebih memilih istri muda yang masih fresh dan lebih nge-hitz.

Tapi buat teman-teman yang saat ini belom kesampaian memiliki I-phone (termasuk gw ha3....) gak usah khawatir, kalo emang pengen banget nunjuk nunjuk layar i-phone beli ajah gadget Samsung atau LG, soalnya bukan cuma Sharp dan Japan Display ajah yang bikin layar I-phone. LG display dan Samsung ikutan bikin layar I-phone juga kok. Jadi kan rasanya nunjuk-nunjuk layar gak akan jauh beda lah….


Tuesday, July 17, 2012

demi sebuah gelar

gambar asli diambil dari : http://sofie05.wordpress.com/2010/07/28/makna-dari-toga/


Setiap pagi sebelum berangkat kerja adalah waktu ngobrol yang paling efektif dengan ibu saya. Ibu saya selalu cerita banyak hal, dan pagi ini dia cerita kalau kemarin ada tukang jualan madu dari Cisewu. Sebagai informasi Cisewu adalah perbatasan antara Pangalengan dan Garut, jadi bisa kebayang dong jauhnya segimana.
Si bapak tukang  jualan madu ini kalau mau berjualan berangkat dari Cisewu pukul 01.00 dini hari. Si bapak ini bela-belain jualan madu demi menyekolahkan dua orang anaknya di perguruan tinggi. Kasih sayang orang tua tiada tara, apaun rela mereka lakukan demi kehidupan anak-anaknya yang lebih baik. Terharu kan mendengar ceritanya.

Kemudian muncul pertanyaan, mengapa si bapak penjual madu ini memilih untuk menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi demi kehidupan mereka yang lebih baik. Apakah ini memang cita-cita anaknya, atau obsesi dari orangtuanya? Mudah-mudahan ini adalah cita-cita anaknya yang didukung oleh orangtuanya. Apapun cita-cita kita kalau dikejar sungguh-sungguh dan mendapat restu orangtua pasti akan tercapai.

Sebenernya bukan mengenai cara menggapai cita-cita yang mau dibahas kali ini. Tapi mau ngomongin keinginan banyak orang untuk masuk perguruan tinggi. Gak cuma anak yang baru lulus SMA saja yang ingin masuk perguruan tinggi, mereka yang sudah bekerja-pun banyak yang memutskan untuk kembali berkuliah. Misalnya PNS akan bela-belain ikut kelas karyawan sepulang mereka bekerja. Demi apa mereka melakukannya? Semata-mata bukan untuk menambah wawasan, ilmu atau apalah hal-hal yang ideal, tapi kebanyakan dari mereka demi mendapatkan gelar sarjana entah itu S1 atau S2 yang tentunya akan memperlancar mereka untuk naik jabatan / golongan dan tentunya naik gaji.
Nah apakah hal itu bisa dikatakan tujuan berkuliah yang benar? Ya…., tau sendiri lah jawabannya.

Coba tengok kolom lowongan pekerjaan di surat kabar, atau pengumuman rekruitmen di internet, lebih dari 50% menetapkan syarat bergelar sarjana. Bahkan untuk beberapa jabatan,  tidak dihiraukan lulusan dari disiplin ilmu apa, pokoknya yang penting sarjana titik. Urusan keahlian yaaaah…., itu mah bisa diasah kali ya….
Untuk yang bukan sarjana hal ini pasti membuat gondok, dan untuk yang belum sarjana tentunya memotivasi mereka untuk mendapatkan gelar sarjana. Hal ini juga memicu banyaknya bermunculan perguruan tinggi baru yang menawarkan jaminan dapat mendapatkan gelar sarjana dalam kurun waktu 3 tahun dengan biaya yang super hemat. Siapa sih yang gak tergiur oleh tawaran tersebut.

Nah…., ngerti kan maksud tulisan ini mau ngomongin apa.
Kalau kita lihat lebih cermat lagi, tujuan orang saat ini belajar di perguruan tinggi bukan hanya untuk mendapatkan ilmu yang mereka dambakan sesuai dengan passion mereka, tapi untuk……. (silahkan diisi sendiri)
Sah-sah aja sih, apapun alesan tiap orang masuk perguruan tinggi, toh setiap orang punya cara masing-masing untuk mencapai cita-citanya.

Satu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri, di Indonesia atau mungkin di negara manapun, gelar sangat berpengaruh. Orang tua akan sangat bangga ketika anaknya menyandang gelar sarjana. Tidak sedikit orang tua yang berharap setelah mendapat gelar sarjana anaknya akan bekerja  “kantoran” . Orang akan lebih “hormat” kepada mereka yang menyandang “gelar”. Nah ini juga alesan para orang tua bela-belain buat menyekolahkan anaknya di perguruan tinggi

Eh tapi yah, kok saya jadi kepikiran, mungkin kelak kita akan kehilangan generasi  yang ahli di pekerjaan yang tidak diajarkan di bangku kuliah. Misalkan ahli sol sepatu, ahli gali sumur, ahli panjat pohon kelapa dll
Dan mungkin si bapak penjual madu-pun tidak akan punya generasi penerus. Tapi saya yakin si bapak penjual madu akan sangat senang akan hal ini. Jika semuanya bisa menjadi senang dengan bersekolah di perguruan tinggi, gak ada salahnya juga kan....

Monday, July 9, 2012

first sight impression


Dibilang pendiam gara-gara jarang basa basi buat saya sudah biasa (jangan disorakin pliiiis). Ketika saya berada di lingkungan yang terbilang baru, kemudia terjadi suatu diskusi, saya lebih memilih untuk diam tapi tetap pay attention.  Ada sih sesekali keinginan untuk menyampaikan pendapat, tapi entah kenapa suka merasa enggan, kadang suka takut dibilang sok tau. Tapi sih kalau dimintai pendapat, saya akan dengan senang hati mengutarakannya. Intinya orang-orang yang baru kenal saya, pasti akan langsung nge-judge kalau saya pendiam (pliiiis jangan disorakin lagi).

Lain halnya dengan orang-orang yang sudah lama kenal saya, sahabat-sahabat saya dari jaman smp misalkan, mereka kadang menyuruh saya untuk berhenti berpendapat ketika berdiskusi dengan mereka. Dibilangnya saya cerewet, kalau ngasih pendapat suka bodor / konyol, bahkan sering di cap drama.

Buat orang-orang yang sudah lumayan lama tetapi belum bisa dibilang lama juga mengenal saya (hahaha…., jangn bingung bacanya), mereka kadang suka terkejut. Terkejut karena celetukan-celetukan saya yang tiba-tiba dan sedikit tajam. Biasanya komentarnya seperti ini, “irfan tuh yah sekalinya ngomong  dalem”. Padahal sih saya sendiri gak pernah merasa seperti itu, atau mungkin lebih tepatnya lagi tidak menyadari hal itu.
Pernah saya meminta pendapat kepada orang-orang terdekat saya mengenai hal ini, mereka bilang sih emang bener, sering saya berbicara dengan intonasi rendah tapi maknanya dalem. Ada juga yang bilang nyinyir, sentimen blablablabla.

Pernah juga ada beberapa teman dekat bilang kalau saya penipu. Mereka bilang, awal mengenal saya, saya terlihat manis dan ramah, setelah lama kenal saya ternyata saya…… gituh deh…..

Awalnya sih saya asik asik ajah dengan penilaian orang-orang disekitar saya, toh itu kebanyakan penilaian yang mereka ambil ketika pertama mengenal saya. Tapi makin kesini saya jadi mikir, apa emang bener saya adalah seorang penipu. Hanya manis diawal saja. Tapi sungguh saya tak bermaksud seperti itu.  Saya tidak pernah dengan sengaja  nge-setting supaya terlihat manis dan ramah diawal.

Jadi kalau mau kenal saya yang pendiam, ramah dan gak suka nyinyir, jangan terlalu dekat mengenal saya :)

Tapi buat sahabat-sahabat yang sering di-nyinyir-in sama saya, harusnya kalian seneng, soalnya itu tanda sayang dari saya buat kalian :)