Sunday, November 18, 2012
curhat street photography
Setiap kali saya memiliki gadget baru selalu terselip perasaan cemas. Cemas kalau saya tidak bisa memaksimalkan penggunaan gadget tersebut, sehingga tanpa saya sadari saya terbawa ke zona mainstream bersama masyarakat Indonesia yang memiliki gadget atas nama life style. Dan saya pernah ada di zona tersbut, dimana pada saat itu saya memiliki sebuah dslr baru yang penggunaannya jauh dari maksimal.
Sedikit berniat melakukan pembelaan untuk diri saya sendiri, kemudian saya mencari tahu apakah dslr benar-benar termasuk kedalam kategory “gadget”. Dan tentu saja jawabannya, ya dslr adalah gadget.
Lalu saya flash back, ke masa dimana saya sangat memimpikan memiliki dslr. Saya ingat-ingat kembali alasan apa saja yang membuat saya yakin bahwa saya harus memiliki dslr. Satu persatu alasan itu muncul kembali di ingatan saya, dan 2 alasan yang sangat kuat kenapa saya harus memiliki dslr adalah, karena saya senang memotret dan saya senang photo editing. Maka mulai saat itu minimal 3 hari dalam seminggu saya membawa dslr kemana-mana untuk hunting foto.
Tak hanya itu, saya juga mulai mem-follow beberapa account berbau photography di twitter dan tumblr. Sampai pada suatu hari account @fotobdg nge-tweet link e-book street photography karya street photographer berkebangsaan Swiss yaitu Thomas Leuthard yang berjudul Street Face & Going Candid . Ketika di pertengahan halaman saya mempelajari e-book tersebut saya sempat berpikir, bahwa foto-foto yang selama ini saya hasilkan berada di genre street photography. Kemudia saya pelajari kedua e-book tersebut sampai habis, dan bersamaan dengan selesainya mempelajari e-book tersebut saya berkeyakinan bahwa saya memang sudah berada di genre street photography dan saya berniat akan lebih fokus di genre tersebut.
Saya mulai getol mem-posting street photography di account tumblr kesayangan saya. Tanggapan berupa komentar dan pertanyaan mengenai street photography yang saya posting dari beberapa follower di tumblr cukup membuat saya yakin bahwa street photography adalah passion saya. Hal ini mebuat saya ingin mencari tahu lebih banyak mengenai street photography di seluruh dunia.
sumber foto : www.irfansept.tumblr.com
Dengan keajaiban internet keinginan saya terkabul, mengetahui beberapa karya, artikel, e-book, interview, tips-tips dari banyak street photographer kenamaan dunia seperti Bruce Gilden, Alex Webb, Eric Kim, Thomas Leuthard dan masih banyak lagi. Saya juga bisa bertukar informasi dengan para penggiat street photography di berbagai belahan dunia lewat tumblr dan twitter.
Street photography banyak memberikan pelajaran buat saya, tidak hanya mengenai photography itu sendiri. Street photography juga menuntut saya untuk lebih memperhatikan dan peka terhadap apa saja yang terjadi di sekitar saya. Hal-hal yang selalu saya lakukan / perhatikan / pikirkan / setiap kali saya hunting foto di jalanan atau di public area adalah :
Untuk mendapatkan foto mereka, kita harus membaur dengan mereka. Untuk membaur dengan mereka, kita harus tahu apa yang mereka rasakan. Hal ini mengajarkan saya untuk selalu down to earth.
sumber foto : www.irfansept.tumblr.com
Memotret orang-orang yang berjualan di pagi buta, yang menyapu jalanan, yang sedang bergumul di truk sampah, yang sedang membuka toko, yang sedang bebenah tempat jualan di trotoar, yang sedang berolahraga, yang sedang mengayuh sepeda, mengajarkan saya untuk selalu bersemangat dan supaya jangan gampang mengeluh.
sumber foto : www.irfansept.tumblr.com
Memotret para tuna wisma yang masih tertidur lelap di emperan toko, orang lanjut usia yang masih harus bekerja, tuna daksa yang tetap berjalan dengan tongkatnya, anak jalanan yang sarapan pagi seadanya, mengajarkan saya untuk selalu bersyukur.
sumber foto : www.irfansept.tumblr.com
Ada yang bilang salah satu teknik yang harus dikuasai oleh para penggiat street photography adalah kemampuan untuk menjadi “invisible” ketika memotret. Kalau saya pribadi justru tidak ingin menjadi "invisible" ketika memotret di jalanan, karena saya ingin mereka tahu bahwa saya sedang memotret dan sedang belajar untuk menjadi rendah hati, untuk selalu bersemangat, untuk tidak mengeluh dan belajar untuk selalu bersyukur dari mereka yang saya potret.
Kemudian muncul pertanyaan, apa tujuan saya mem-posting street photography di beberapa account socmed ?. Tidak bisa dipungkiri sebagai manusia biasa saya butuh komentar, saya butuh pujian, saya butuh kritik, meskipun seringkali kriti mambuat kita dongkol kalau kita tidak berlapang dada. Terserah orang bilang kalau saya sangat menginginkan pengakuan, sangat haus pujian, sok-sok-an ingin di kritik, tapi jujur ketiga hal itu yang bisa memotivasi saya sekaligus menjadi alat ukur kemampuan saya dalam hal photography dan street photography.
Tapi satu alasan lain yang tidak kalah penting, kenapa saya mem-posting street photography di ranah socmed adalah, saya ingin berbagi cerita lewat foto.
sumber foto : www.irfansept.tumblr.com
Street photography adalah salah satu cara saya menikmati hidup. Dengan ini pula street photography resmi menjadi salah satu passion saya. Ya…., meskipun saya bukan photographer tapi saya jatuh cinta dengan street photography.
Sunday, October 14, 2012
bahagia itu pilihan
Sabtu kemarin, ketika pagi datang, kemudian saya terbangun dari tidur, tanpa saya sadari saya telah memutuskan untuk menjadi orang yang bahagia.
Setelah cuci muka (iya saya nggak mandi) kemudian saya menyeruput 2 kali kopi di cangkir mama saya tercinta, lalu saya berjalan menuju suatu perumahan di dekat rumah saya sambil membawa kamera.
Dulu ketika saya masih kecil, perumahan tersebut adalah perumahan khusus pegawai Patal. Patal yaitu nama BUMN yang bergerak di bidang textile, dan dulu sangat terkenal, tetapi sekarang muncul isu akan gulung tikar.
Perumahan yang dulu sangat asri, dilengkapi dengan fasilitas seperti lapagan sepak bola, masjid yang megah dan sekolah taman kanank-kanak, sekarang menjadi brantakan tak beraturan.
Mengapa saya mengunjungi perumahan ini? Karena saya selalu terpesona dengan deretan gunung yang ada di belakang deretan rumah salah satu blok di perumahan tersebut yang bisa saya lihat dari tengah-tengah lapangan sepak bola.
Lihatlah, saya langsung disambut dengan pemandangan matahari yang muncul perlahan di balik deretan gunung.
Puas telah mendapatkan beberapa foto sunrise, tidak serta merta saya cepat-cepat meninggalkan tempat ini.
Saya masih ingin bahagia. Kata seorang teman, bahagia itu sederhana asalkan kita peka. Saya melihat sekeliling, saya mendapati deretan pohon di kiri kanan jalan yang sudah tidak hijau lagi dengan dedaunan berwarna kuning yang berguguran ke tanah.
Kemudian saya melihat lebih dekat setiap tanaman liar yang tumbuh diantara rerumputan, embun yag masih tertinggal di rerumputan, ulat yang merayap di dedaunan, dan kupu-kupu yang malas terbang.
Saya abadikan semuanya dengan kamera, saya bahagia. Dan saya mengerti apa yang dimaksud dengan bahagia itu sederhana.
Kebahagiaan saya tak berakhir sampai disitu, ketika saya melihat hasil tangkapan gambar saya di kamera, saya tersenyum dan saya masih bahagia. Ketika saya memindahkan foto-foto tersebut ke laptop, kemudian saya lihat satu persatu saya tersenyum dan saya bahagia. Dan ketika saya menulis tulisan ini pun saya masih bahagia.
Ternyata saya bisa bahagia berhari-hari karena pada suatu pagi ketika saya bangun tidur tanpa saya sadari saya telah memutuskan untuk menjadi bahagia.
Maka mulai sekarang, setiap saya bangun tidur di pagi hari, saya akan memutuskan, saya akan menjadi orang yang bahagia.
Bahagia itu pilihan, bukan takdir.
Wednesday, August 29, 2012
bukan doa agama tertentu
Di salah satu bab buku Seperti Sugai yang Mengalir, Paulo Coelho meceritakan suatu kejadian, dimana ada seorang teman yang memberikan selebaran yang berisi sebuah doa. Dan ternyata tanpa dia sangka doa tersebut adalah sebuah tulisan yang dia tulis beberapa tahun silam.
Berikut rangkaian doa yang ditulis oleh Paulo Coelho
Tuhan, lindungilah keraguan-keraguan kami, sebab keraguan pun sebentuk doa. Keraguan-lah yang membuat kami bertumbuh dan memaksa kami untuk tak takut melihat sekian banyak jawaban yang tersedia untuk satu pertanyaan. Kabulkanlah doa kami….
Tuhan, lindungilah keputusan-keputusan kami, sebab membuat keputusan pun sebentuk doa. Setelah bergulat dengan keraguan, beri kami keberanian untuk memilih antara satu jalan dengan jalan lainnya. Biarlah kiranya pilihan YA tetap YA dan pilihan TIDAK tetap TIDAK. Setelah kami memilih jalan kami, kiranya kami tidak pernah menoleh lagi atau membiarkan jiwa kami digerogoti penyesalan. Kabulkanlah doa kami….
Tuhan, lindungilah impian-impian kami, sebab bermimpi pun sebentuk doa. Kiranya usia maupun keadaan-keadaan tida menghalangi kami untuk tetap mempertahankan nyala api harapan dan kegigihan yang suci itu didalam hati kami. Kabulkanlah doa kami….
Tuhan, berikanlah antusiasme kepada kami, sebab antusiasme pun sebentuk doa. Antusiasme-lah yang memberitahu kami bahwa hasrat-hasrat kami penting dan layak diperjuangkan semaksimal mungkin. Antusiame-lah yang mengukuhkan kepada kami bahwa segala sesuatu tidaklah mustahil asalkan kami sepenuhnya berkomitmen pada apa yang kami lakukan. Kabulkanlah doa kami….
Tuhan, lindungilah kami, sebab hidup ini adalah satu-satunya cara bagi kami untuk mengejawantahkan kuasa keajaiban-Mu. Kiranya kami tetap mengolah benih menjadi gandum, kiranya kami bisa tetap mengubah gandum menjadi roti. Dan semua ini hanya dimungkinkan apabila kami memiliki kasih. Karenanya janganlah kami ditinggalkan seorang diri. Biarlah selalu ada Engkau disisi kami, dan ada orang-orang lain, laki-laki dan perempuan-perempuan yang menyimpan keraguan-keraguan, yang bertindak dan bermimpi dan merasakan antusiasme, yang menjalankan setiap hari dengan sepenuhnya membaktikannya kepada kemuliaan-Mu. Amin….
Doa Yang Terlupakan – Seperti Sungai yang Mengalir
Paulo Coelho
Monday, August 27, 2012
kita sudah berakhir
gambar asli diambil dari egajones
Senyum kita, sapa-mu, jawab-ku, dan tempat kita bertemu tidak ada yang berubah. Tapi hari ini ada sesuatu yang harus berubah.
“Ada menerka di setiap tatapan-mu”. Kau membuka percakapan kedua setelah percakapan saling sapa dengan kalimat tersebut.
Kemudian aku bentuk sebuah busur dibibir, sambil memandangmu lekat, berusaha meyakinkan-mu bahwa tak pernah ada menerka tentang-mu atau tentang perasaan-mu.
Kau membalas menatap-ku, lebih lekat dari tatapan-ku. Aku menyerah…., ingin aku menunduk dan berkata, ”iyah selama ini aku menerka”.
Tapi seketika aku urungkan niat itu, aku kembali membalas tatapanmu.
“Dasar…., tak pernah mau mengalah” ejekan yang sering kau berikan kepadaku.
Aku bisa saja membalas ejekan-mu dengan berkata bahwa kamu seorang phlegmatis akut, seorang yang hanya akan diam saja ketika aku marah, seorang yang lebih senang menerima keputusan daripada membuat keputusan.
Tapi lagi-lagi aku hanya terdiam, tak membalas ejekanmu.
Kau menggoyang-goyangkan tanganmu tepat didepan kedua mataku, usaha membuat-ku berkedip dan menghentikan pandangan-ku kepada-mu.
“Aku risih tau…., diliatin kaya gituh. Segitu kangennya kamu sama aku sampe ngeliat aku nggak ngedip”.
Aku hargai usahamu mencairkan suasana lewat goyangan tangan dan kalimat agak manja itu. Tapi itu tak cukup untuk membuatku memulai bicara. Membuatku memulai membicarakan kalimat panjang yang seminggu lalu aku kirim lewat email. Karena hari ini aku hanya akan berkata di seperempat jam terakhir pertemuan ini, “kita sudah berakhir”.
2 hari menjelang lebaran
Senyum kita, sapa-mu, jawab-ku, dan tempat kita bertemu tidak ada yang berubah. Tapi hari ini ada sesuatu yang harus berubah.
“Ada menerka di setiap tatapan-mu”. Kau membuka percakapan kedua setelah percakapan saling sapa dengan kalimat tersebut.
Kemudian aku bentuk sebuah busur dibibir, sambil memandangmu lekat, berusaha meyakinkan-mu bahwa tak pernah ada menerka tentang-mu atau tentang perasaan-mu.
Kau membalas menatap-ku, lebih lekat dari tatapan-ku. Aku menyerah…., ingin aku menunduk dan berkata, ”iyah selama ini aku menerka”.
Tapi seketika aku urungkan niat itu, aku kembali membalas tatapanmu.
“Dasar…., tak pernah mau mengalah” ejekan yang sering kau berikan kepadaku.
Aku bisa saja membalas ejekan-mu dengan berkata bahwa kamu seorang phlegmatis akut, seorang yang hanya akan diam saja ketika aku marah, seorang yang lebih senang menerima keputusan daripada membuat keputusan.
Tapi lagi-lagi aku hanya terdiam, tak membalas ejekanmu.
Kau menggoyang-goyangkan tanganmu tepat didepan kedua mataku, usaha membuat-ku berkedip dan menghentikan pandangan-ku kepada-mu.
“Aku risih tau…., diliatin kaya gituh. Segitu kangennya kamu sama aku sampe ngeliat aku nggak ngedip”.
Aku hargai usahamu mencairkan suasana lewat goyangan tangan dan kalimat agak manja itu. Tapi itu tak cukup untuk membuatku memulai bicara. Membuatku memulai membicarakan kalimat panjang yang seminggu lalu aku kirim lewat email. Karena hari ini aku hanya akan berkata di seperempat jam terakhir pertemuan ini, “kita sudah berakhir”.
2 hari menjelang lebaran
viva la virgo
Berbahagialah kita (iyah saya dan kalian) yang berbintang virgo, karena ini adalah musimnya virgo berulang tahun. Tapi buat yang benci ulang tahun karena bertambah tua, yaudahlah mau digimanain lagi, emang udah waktunya bertambah umur.
Gegara tadi pagi liat tweet-tweet-nya salamatahri yang ngebahas tentang virgo, dan ternyata banyak banget hal positif dari orang yg berzodiak virgo (karena saya virgo, jadi yang negatif juga dianggap positif ajah), jadi gatel deh pengen posting penjelasan kece dari salamatahri mengenai orang berzodiak virgo. Jadi menurut salamatahri virgo itu :
Emang bener sih, semua orang-orang virgo yang bertebaran di kehidupan saya semuanya perfeksionis, kalaupun ada kenalan orang virgo yang nggak perfeksionis langsung akan saya jauhi dan saya anggap virgo kafir.
Biasanya sih efek buruk yang sering menimpa saya yaitu ketika ngerjain sesuatu bareng-bareng pasti saya gak percayaan sama orang, takut jelek lah, takut kotor lah, dan akhirnya pekerjaan kelompok itu dikerjakan oleh saya sendiri. tapi kalau hasilnya bagus, sempurna seperti yang diharapkan, rasa capek kerja sendirian terbayar kok (Hahahahaha...., suombong).
Ouh kalau yang satu ini jelas sudah terbukti, beberapa teman, sahabat dan keluarga sering menugasi saya untuk melakukan analisa. Dan kalau hasil kerja udah pasti rapih, karena kalau gak rapi biasanya hasil kerja itu akan saya buang dan saya ngerjain lagi dari awal, jadi apaun yang terjadi harus rapih.
Nah...., buat orang-orang yang pernah menuduh kalau saya ini matrealistis, sebenarnya saya itu bukan matrealistis, tapi saya itu REALISTIS. Okeh! Cam-kan itu baik-baik :P
Ya...., emang sih kenyataan kadang terasa pahit. Tapi kami orang virgo selalu mengemukakan kenyataan yang biasanya orang anggap itu kritik, padahal kita cuma membicarakan kenyataan saja sih hahahahaha....
Nah...., bukan berarti kaum virgo itu menopouse yah, nggak pms jadi kita nggak mood2an, tapi emang pada dasarnya kita orangnya stabil ajah, urusan apapun kami bisa diandalkan :)
Jangan sekali-kali mencoba bersilat lidah dengan orang virgo, kalau anda tidak ingin dipermalukan.
Boleh di cek meja kerja, kamar tidur, isi tas kaum virgo, dijamin bersih dan rapi. Eits... koleksi kecengan juga rapih loh....
Sejauh apapun kita melangkah, rumah dan keluarga adalah pelabuhan kaum virgo, kenyamanan dan kehangatan merekalah yang selalu membuat kaum virgo kepincut oleh rumah dan keluarga.
Buat kalian yang bingung cari pacar, jelaslah virgo itu pacar ideal dalam hal memberi perhatian, mau bukti???? yaudah jadian sama saya hahahahaha.....
Nah
itu dia penjelasan kece dari
salamatahri mengenai kami kaum virgo. Kece kan
penjelasannya, iyalah penjelasan kece hanya untuk orang-orang kece seperti kami
kaum virgo. Eh
salamatahri nya juga kece loh…., makasih ya Dea…..
Sunday, August 26, 2012
dibuang sayang
gambar asli diambil dari : Mars Hill
Thomas Leuthard seorang street photographer berkebangsaan Swiss pernah menuliskan salah satu tips penyimpanan file photo di salah satu e-booknya. Kira-kira bunyinya seperti ini, “hapuslah foto-foto yang menurut anda tidak bagus atau gagal, karena apabila tidak dihapus akan menyusahkan anda di kemudian hari”.
Meskipun Thomas Leuthard salah satu street photographer favorit saya, tapi entah kenapa saya tidak setuju dengan tips yang dia kemukakan diatas.
Kalimat “menyusahkan anda dikemudian hari” saya tafsirkan menjadi “akan menyusahkan kita ketika kapasitas hardisk yang kita miliki penuh”.
Jika kita megalami kesulitan dalam memilah sekian banyak foto yang harus kita hapus ketika hardisk kita penuh, kenapa kita tidak membeli hardisk baru saja, atau mungkin kalau ingin lebih hemat, kita bisa memindahkan / meng-copy foto-foto tersebut ke dalam beberapa dvd.
Sebenarnya ketidak setujuan saya bukan dikarenakan kita bisa membeli hardisk baru atau bisa memindahkan file kedalam betuk dvd, tapi lebih kepada keyakinan saya bahwa suatu saat bisa saja saya memerlukan foto-foto yang pernah saya anggap tidak bagus / gagal untuk sebuah project.
Dan hal itu terbukti. Beberapa hari yang lalu menjelang hari kemerdekaan Indonesia, saya berencana mem-posting di tumblr beberapa foto yang cukup Indonesia tapi tidak mainstream (bukan foto bendera, seorang veteran, lomba panjat pinang, atau apapun yangg sering muncul di iklan-iklan kemerdekaan televisi terutama hehehe….).
Karena keterbatasan waktu, diamana hari kemerdekaan tahun ini bertepatan di bulan Ramadhan, dimana kegiatan saya disetiap bulan Ramadhan menjadi dua kali lipat lebih sibuk (sok sibuk, padahal ng-eles hahahah….) jadi saya putuskan untuk membuka folder-folder foto lama saya, dan saya menemukan kedua foto dibawah ini.
indonesia independence day
indonesian couples
Ini bukan kali pertama saya mendapatkan foto yang pas untuk sebuah project dari folder foto lama. Jadi wajar dong kalau saya nggak setuju dengan tips yang diutarakan Thomas Leuthard untuk menghapus foto yang kita anggap tidak bagus / gagal karena dianggap akan menyusahkan kita dikemudian hari.
Begitupun dengan kejadian yang kurang bagus atau kegagalan dimasa sekarang, mungkin kita tidak perlu berusaha keras untuk meghapuskan kegagalan tersebut dari ingatan kita supaya kita tidak terus-terusan bersedih. Karena sebuah kegagalan bisa jadi pelajaran untuk meraih keberhasilan dimasa yang akan datang. Tsssaaaaahhhhh….., udah lumayang bijak kan…..
Thomas Leuthard seorang street photographer berkebangsaan Swiss pernah menuliskan salah satu tips penyimpanan file photo di salah satu e-booknya. Kira-kira bunyinya seperti ini, “hapuslah foto-foto yang menurut anda tidak bagus atau gagal, karena apabila tidak dihapus akan menyusahkan anda di kemudian hari”.
Meskipun Thomas Leuthard salah satu street photographer favorit saya, tapi entah kenapa saya tidak setuju dengan tips yang dia kemukakan diatas.
Kalimat “menyusahkan anda dikemudian hari” saya tafsirkan menjadi “akan menyusahkan kita ketika kapasitas hardisk yang kita miliki penuh”.
Jika kita megalami kesulitan dalam memilah sekian banyak foto yang harus kita hapus ketika hardisk kita penuh, kenapa kita tidak membeli hardisk baru saja, atau mungkin kalau ingin lebih hemat, kita bisa memindahkan / meng-copy foto-foto tersebut ke dalam beberapa dvd.
Sebenarnya ketidak setujuan saya bukan dikarenakan kita bisa membeli hardisk baru atau bisa memindahkan file kedalam betuk dvd, tapi lebih kepada keyakinan saya bahwa suatu saat bisa saja saya memerlukan foto-foto yang pernah saya anggap tidak bagus / gagal untuk sebuah project.
Dan hal itu terbukti. Beberapa hari yang lalu menjelang hari kemerdekaan Indonesia, saya berencana mem-posting di tumblr beberapa foto yang cukup Indonesia tapi tidak mainstream (bukan foto bendera, seorang veteran, lomba panjat pinang, atau apapun yangg sering muncul di iklan-iklan kemerdekaan televisi terutama hehehe….).
Karena keterbatasan waktu, diamana hari kemerdekaan tahun ini bertepatan di bulan Ramadhan, dimana kegiatan saya disetiap bulan Ramadhan menjadi dua kali lipat lebih sibuk (sok sibuk, padahal ng-eles hahahah….) jadi saya putuskan untuk membuka folder-folder foto lama saya, dan saya menemukan kedua foto dibawah ini.
indonesia independence day
indonesian couples
Ini bukan kali pertama saya mendapatkan foto yang pas untuk sebuah project dari folder foto lama. Jadi wajar dong kalau saya nggak setuju dengan tips yang diutarakan Thomas Leuthard untuk menghapus foto yang kita anggap tidak bagus / gagal karena dianggap akan menyusahkan kita dikemudian hari.
Begitupun dengan kejadian yang kurang bagus atau kegagalan dimasa sekarang, mungkin kita tidak perlu berusaha keras untuk meghapuskan kegagalan tersebut dari ingatan kita supaya kita tidak terus-terusan bersedih. Karena sebuah kegagalan bisa jadi pelajaran untuk meraih keberhasilan dimasa yang akan datang. Tsssaaaaahhhhh….., udah lumayang bijak kan…..
Monday, July 30, 2012
pesona i-phone
“Hari gini masih pake BlackBerry? RIM-nya aja udah mau bangkrut tauuuu….”. Itu komentar bercandaan dari seorang teman.
Gila yah sekarang pake smart phone semacan BlackBerry ajah sudah bisa
dinyinyir-in orang, apa kabar saya yang masih pake ponsel Nokia monochrom-candy
bar yang bunyi ringtone-nya masih tat-tit-tut-tat-tit-tut *self puk-puk*
Pemandangan orang-orang nunduk sambil megang BlackBerry di public area
sebentar lagi akan berganti dengan pemandangan orang-orang yang lagi nunjuk-nunjuk layar I-phone, I-pad ,
Samsung Galaxy , Tab dan semacamnya.
Menurut survey alakadarnya dari bertanya ke beberapa teman dan kenalan,
gadget yang paling nge-hitz dan ingin dimiliki oleh orang-orang (Indonesia) adalah
I-phone.
Kejadian ini bikin saya dejavu, inget jaman dimana orang-orang
berlomba-lomba untuk memiliki BlackBerry. Dan satu sampai dua tahun setelah itu
banyak mendapati orang-orang di angkutan umum bbm-an.
Akankah setahun atau dua tahun dari sekarang saya mendapati orang-orang
di angkot nunjuk-nunjuk layar I-phone? Bisa jadi bahkan sangat bisa.
Kok bisa-bisanya sih saya bilang sangat bisa?, hiyaiyalah ini di Indonesia gituh loh. Di Indonesia itu gak usah blablabla, yang
penting blablabla.
Nah…., Ini beberapa contoh gak usah blablabla yang penting blablabla,
1. Gak usah mikirin harga I-phone semahal apa, orang-orang pasti akan
bela-belain nyicil, beli pake kartu kredit atau beli barang black market di
online shop.
2. Gak usah bilang sinkronisasi I-phone gak mudah, banyak toko di
pusat-pusat elektronik yang menyediakan jasa ini.
3. Gak usah bilang beli aplikasi I-phone gak mudah, gak perlu aplikasi
keren, yang penting udah nenteng I-phone udah gaya kok.
4. Gak usah bilang sayang mubazir beli I-phone klo cuma buat nge-Line atau
Whatsup-an atau Instagram-an doang, tanpa install aplikasi-aplikasi keren,
pokoknya klo posting apapun di jejaring sosial manapun harus ketauan postingnya dari I-phone.
Ada satu obrolan lucu dari seorang teman yang dia kutip dari situs
9gag. Katanya begini, kotoran saja kalau dikasih logo apel kegigit pasti laku
keras. Maaf yah agak jorok, tapi aslinya di 9gag emang ituh kok.
Kebayang yah, kalau saya jadi BlackBerry, pasti saya akan nelangsa banget.
Ibarat istri tua yang sudah tidak rupawan lagi ditinggal oleh suami yang lebih
memilih istri muda yang masih fresh dan lebih nge-hitz.
Tapi buat teman-teman yang saat ini belom kesampaian memiliki I-phone (termasuk gw ha3....) gak usah khawatir, kalo emang pengen banget nunjuk nunjuk layar i-phone beli
ajah gadget Samsung atau LG, soalnya bukan cuma Sharp dan Japan Display ajah yang bikin layar I-phone. LG display dan Samsung
ikutan bikin layar I-phone juga kok. Jadi kan rasanya nunjuk-nunjuk layar gak
akan jauh beda lah….
Tuesday, July 17, 2012
demi sebuah gelar
gambar asli diambil dari : http://sofie05.wordpress.com/2010/07/28/makna-dari-toga/
Setiap pagi sebelum berangkat kerja adalah waktu ngobrol yang paling
efektif dengan ibu saya. Ibu saya selalu cerita banyak hal, dan pagi ini dia
cerita kalau kemarin ada tukang jualan madu dari Cisewu. Sebagai informasi
Cisewu adalah perbatasan antara Pangalengan dan Garut, jadi bisa kebayang dong
jauhnya segimana.
Si bapak tukang jualan
madu ini kalau mau berjualan berangkat dari Cisewu pukul 01.00 dini hari. Si
bapak ini bela-belain jualan madu demi menyekolahkan dua orang anaknya di
perguruan tinggi. Kasih sayang orang tua tiada tara, apaun rela mereka lakukan
demi kehidupan anak-anaknya yang lebih baik. Terharu kan mendengar ceritanya.
Kemudian muncul pertanyaan, mengapa si bapak penjual madu ini memilih
untuk menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi demi kehidupan mereka yang
lebih baik. Apakah ini memang cita-cita anaknya, atau obsesi dari orangtuanya?
Mudah-mudahan ini adalah cita-cita anaknya yang didukung oleh orangtuanya.
Apapun cita-cita kita kalau dikejar sungguh-sungguh dan mendapat restu orangtua
pasti akan tercapai.
Sebenernya bukan mengenai cara menggapai cita-cita yang mau dibahas
kali ini. Tapi mau ngomongin keinginan banyak orang untuk masuk perguruan tinggi. Gak cuma
anak yang baru lulus SMA saja yang ingin masuk perguruan tinggi, mereka yang
sudah bekerja-pun banyak yang memutskan untuk kembali berkuliah. Misalnya PNS
akan bela-belain ikut kelas karyawan sepulang mereka bekerja. Demi apa mereka
melakukannya? Semata-mata bukan untuk menambah wawasan, ilmu atau apalah
hal-hal yang ideal, tapi kebanyakan dari mereka demi mendapatkan gelar sarjana
entah itu S1 atau S2 yang tentunya akan memperlancar mereka untuk naik jabatan / golongan
dan tentunya naik gaji.
Nah apakah hal itu bisa dikatakan tujuan berkuliah yang benar? Ya….,
tau sendiri lah jawabannya.
Coba tengok kolom lowongan pekerjaan di surat kabar, atau pengumuman
rekruitmen di internet, lebih dari 50% menetapkan syarat bergelar sarjana.
Bahkan untuk beberapa jabatan, tidak dihiraukan
lulusan dari disiplin ilmu apa, pokoknya yang penting sarjana titik. Urusan
keahlian yaaaah…., itu mah bisa diasah kali ya….
Untuk yang bukan sarjana hal ini pasti membuat gondok, dan untuk yang
belum sarjana tentunya memotivasi mereka untuk mendapatkan gelar sarjana. Hal
ini juga memicu banyaknya bermunculan perguruan tinggi baru yang menawarkan
jaminan dapat mendapatkan gelar sarjana dalam kurun waktu 3 tahun dengan biaya
yang super hemat. Siapa sih yang gak tergiur oleh tawaran tersebut.
Nah…., ngerti kan maksud tulisan ini mau ngomongin apa.
Kalau kita lihat lebih cermat lagi, tujuan orang saat ini belajar di
perguruan tinggi bukan hanya untuk mendapatkan ilmu yang mereka dambakan sesuai
dengan passion mereka, tapi untuk……. (silahkan diisi sendiri)
Sah-sah aja sih, apapun alesan tiap orang masuk perguruan tinggi, toh
setiap orang punya cara masing-masing untuk mencapai cita-citanya.
Satu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri, di Indonesia atau mungkin di
negara manapun, gelar sangat berpengaruh. Orang tua akan sangat bangga ketika
anaknya menyandang gelar sarjana. Tidak sedikit orang tua yang berharap setelah
mendapat gelar sarjana anaknya akan bekerja “kantoran” . Orang akan lebih “hormat” kepada
mereka yang menyandang “gelar”. Nah ini juga alesan para orang
tua bela-belain buat menyekolahkan anaknya di perguruan tinggi
Eh tapi yah, kok saya jadi kepikiran, mungkin kelak kita akan
kehilangan generasi yang ahli di
pekerjaan yang tidak diajarkan di bangku kuliah. Misalkan ahli sol sepatu, ahli
gali sumur, ahli panjat pohon kelapa dll
Dan mungkin si bapak penjual madu-pun tidak akan punya generasi penerus. Tapi saya yakin si bapak penjual madu akan sangat senang akan hal ini. Jika semuanya bisa menjadi senang dengan bersekolah di perguruan tinggi, gak ada salahnya juga kan....
Monday, July 9, 2012
first sight impression
Dibilang pendiam gara-gara jarang basa basi buat saya sudah biasa
(jangan disorakin pliiiis). Ketika saya berada di lingkungan yang terbilang
baru, kemudia terjadi suatu diskusi, saya lebih memilih untuk diam tapi tetap
pay attention. Ada sih sesekali
keinginan untuk menyampaikan pendapat, tapi entah kenapa suka merasa enggan,
kadang suka takut dibilang sok tau. Tapi sih kalau dimintai pendapat, saya akan
dengan senang hati mengutarakannya. Intinya orang-orang yang baru kenal saya,
pasti akan langsung nge-judge kalau saya pendiam (pliiiis jangan disorakin
lagi).
Lain halnya dengan orang-orang yang sudah lama kenal saya,
sahabat-sahabat saya dari jaman smp misalkan, mereka kadang menyuruh saya untuk
berhenti berpendapat ketika berdiskusi dengan mereka. Dibilangnya saya cerewet,
kalau ngasih pendapat suka bodor / konyol, bahkan sering di cap drama.
Buat orang-orang yang sudah lumayan lama tetapi belum bisa dibilang
lama juga mengenal saya (hahaha…., jangn bingung bacanya), mereka kadang suka
terkejut. Terkejut karena celetukan-celetukan saya yang tiba-tiba dan sedikit
tajam. Biasanya komentarnya seperti ini, “irfan tuh yah sekalinya ngomong dalem”. Padahal sih saya sendiri gak pernah
merasa seperti itu, atau mungkin lebih tepatnya lagi tidak menyadari hal itu.
Pernah saya meminta pendapat kepada orang-orang terdekat saya mengenai
hal ini, mereka bilang sih emang bener, sering saya berbicara dengan intonasi
rendah tapi maknanya dalem. Ada juga yang bilang nyinyir, sentimen blablablabla.
Pernah juga ada beberapa teman dekat bilang kalau saya penipu. Mereka
bilang, awal mengenal saya, saya terlihat manis dan ramah, setelah lama kenal
saya ternyata saya…… gituh deh…..
Awalnya sih saya asik asik ajah dengan penilaian orang-orang disekitar
saya, toh itu kebanyakan penilaian yang mereka ambil ketika pertama mengenal
saya. Tapi makin kesini saya jadi mikir, apa emang bener saya adalah seorang
penipu. Hanya manis diawal saja. Tapi sungguh saya tak bermaksud seperti itu. Saya tidak pernah dengan sengaja nge-setting supaya terlihat manis dan ramah
diawal.
Jadi kalau mau kenal saya yang pendiam, ramah dan gak suka nyinyir,
jangan terlalu dekat mengenal saya :)
Tapi buat sahabat-sahabat yang sering di-nyinyir-in sama saya, harusnya
kalian seneng, soalnya itu tanda sayang dari saya buat kalian :)
Sunday, June 10, 2012
urban jazz crossover 2012 bandung
Sabtu 9 juni 2012, masyarakat bandung pecinta jazz dipuaskan dengan suatu gelaran musik jazz yang paling hitz ditahun 2012 ini, yaitu Urban jazz Crossover yang digelar di Trans Convention Center The Trans Hotel.
Saya lebih senang mendefinisikan Urban Jazz Crossover ini yaitu suatu pergelaran yang menyajika lagu-lagu mainstream dengan cara yang anti mainstream.
Semua lagu yang ditampilkan merupakan lagu-lagu mainstream, yang saya yakin lagu-lagu tersebut ada di playlist jutaan orang di indonesia, bahkan di dunia. Tetapi dengan aransemen musik yang diracik apik oleh sang music director yaitu Viky Sianipar lagu-lagu yang ditampilkan menjadi tidak biasa.
Berikut adalah beberapa foto pengdukung acara Urban Jazz Crossover
Kyirz Boogieman
Kyirz Boogieman, Intan Sukoco & Millane Fernandez
Barry Likumahuwa & Andien
Andien & Intan Sukoco
Viky Sianipar, Barry Likumahuwa, Andien & Indra Lesmana
Harvey Malaiholo
Harvey Malaiholo & Rieka Roeslan
Rieka Roeslan
Tompi & Barry Likumahuwa
Tompi
Bayu Risa, Indra Lesmana & Tompi
Harvey Malaihol, Andien, Tompi, Rieka Roeslan, Yuki Arifin & Bayu Risa