Monday, September 9, 2013

lugas - kalairan

Suatu sore di hari kamis wage 21 warsa silam, seorang lelaki menyematkan sebuah harapan mulia terhadap satu sel sperma paling tangguh, yang berhasil bersemayam selama 9 candra di rahim seorang perempuan yang kepadanya dia yakin mencinta bukan hanya karena nafsu semata.

Senja di kamis wage 21 warsa silam, mahluk kecil itu merasa kesabarannya sudah mencapai batas, dia ingin segera keluar melihat cahaya bumi. Mahluk kecil itu disambut oleh senja yang meminta lembayung sejenak menebar terang. Tetapi sesaat saja mahluk kecil itu menikmati terang, karena selanjutnya hanya terlihat gelap sepanjang malam.

Magrib di kamis wage 21 warsa silam, lelaki itu mengulang kumandang adzan, maka magrib itu ada 2 kali adzan, yang pertama adzan menyambut shalat magrib, yang kedua adzan menyambut mahluk kecil yang sedang kebingungan karena lembayung yang sempat dia lihat menghilang berganti gelap.

Malam di kamis wage 21 warsa silam, lelaki itu menyebut dirinya ayah, memanggil perempuan yang kepadanya dia yakin mencinta bukan hanya karena nafsu semata dengan sebutan ibu. Lalu dia berpikir sebutan apa yang hendak dia buat untuk mahluk kecil yang sedang kebingungan ini.
Kemudian lelaki yang menyebut dirinya ayah ingat mengenai petuah dari sang guru ngaji dulu ketika dirinya masih remaja. Sang guru ngaji pernah berkata “Manusia itu kebutuhannya sedikit dan seringkali keinginanya banyak. Itu yang sering membuat manusia celaka”.
Sang ayah tak ingin mahluk kecil kesayangannya ini menjadi celaka, maka sang mahluk kecil ini harus tetap diingatkan untuk selalu menyadari yang mana kebutuhan dan yang mana keinginan. Dan dia akan selalu mengingatkan mahluk kecil kesayangannya supaya senantiasa bersikap wajar dan apa adanya, dalam pemikiran, perkataan dan perbuatan.
Sang ayah ingin menyematkan harapan itu kepada mahluk kecil kesayangannya yang kelak akan terus bertumbuh. Maka sebagai lambang harapan itu, dipilihlah sebuah nama untuk mahluk kecil kesayangannya, sebuah nama yang akan senantiasa menjaga harapan sang ayah kepada anaknya.

Dini hari di jum’at kliwon 21 warsa silam, sang ayah menatap kemudian mengusap pipi sebelah kiri mahluk kecil dengan punggung telunjuknya perlahan-lahan, berulang-ulang, keatas dan kebawah, sambil memanggil mahluk kecil itu dengan nama Lugas. 

3 comments:

badcloud said...

ehh, aeluro udah jadi ayah sejak 21 tahun yang lalu, yah :D
waahh, selamat yah...

*sumpah ini tulisan yang paling gak gw ngerti dari semua tulisan lo* :p

aeluroblog said...

apasih lo....., iyalah lo gak akan ngerti. yg akan ngerti tulisan ini cuma orang2 yang TA nya udah lulus

badcloud said...

Yaahh... padahal gw kan udah lulus, wahai Aa' aeluro :D
Sebelum lebaran kemaren tepatnya
gw sujud syukur buat ini ^_^

eh eh eh... gw kan mau daftar wisuda nih, yah.
Terusss.. Tau gak, ternyata di situs buat daftar wisuda itu ada foto seseorang yang pastinya pernah lo kenal... hehehe...

maaf yah, ngungkit2 masa lalu :p

Post a Comment