Thursday, May 10, 2012

antagonis akut


Kemarin malam saya berbincang dengan seorang teman mengenai “teguran”. Kita sepakat ada 2 kemungkinan ketika seseorang mendapat teguran, kemungkinan pertama membuat orang yang ditegur jadi mikir dan termotivasi untuk berbuat lebih baik, dan kemungkinan yang kedua membuat orang yang ditegur menjadi merasa terpojok dan tidak mengalami kemajuan apapun.

Siang tadi saya berusaha merangkai kata yang menurut saya sangat sopan, saya tujukan kepada seseorang sebagai teguran. Saya bubuhkan kata “mohon” supaya terkesan halus. Kemudian saya tunggu reaksinya, apakah akan seperti kemungkinan pertama atau kemungkinan kedua. Dan ternyata tidak keduanya.

Reaksinya sungguh sangat jauh dengan gambaran masyarakat Indonesia yang selalu dibilang ramah. Semua perkataan halus yang telah saya rangkai seolah-olah mental, karena mengenai kepalanya yang saya yakin 100% terbuat dari batu.
Kemudian saya bertanya, bagaimana dulu orangtuanya mengajarkan dia berperilaku. Bahkan memenghadapi teguran dengan kalimat halus pun masih dibalas dengan perangai buruk, jutek, judes, ngomong seenaknya tanpa memikirkan orang yang mendengarnya. Dan ini bukan kali pertama saya mendapatkan reaksi yang serupa, bahkan selama ini ada beberapa teman saya yang pernah di”semprot” oleh dia, tapi kemudian teman-teman saya selalu memakluminya.
Kemudian saya berpikir, apakah karena kita hanya memaklumi kekasaran dia selama ini, sehingga dia tidak menyadari bahwa perilakunya itu sangat buruk. Dan bahkan saya menangkap suatu sinyal, bahwa sebenarnya dia merasa bangga karena dia bisa bersikap buruk, dan dia merasa menang ketika kami hanya memakluminya saja.

Tentunya untuk menghadapi orang sekasar itu bukan berhenti memakluminya dan membalas dengan kekasaran lagi. Karena akan sangat tidak berguna ketika kita mengeluarkan energi milik kita yang begitu berharga hanya untuk membalas kekasaran dari orang yang tidak mengerti dan tidak mau berusaha untuk bersikap senantiasa baik.
Jangankan untuk bersikap baik, bersikap sedikit santai-pun dia tidak bisa.

Yang harus kita lakukan adalah segera menjauhinya, sebelum perilaku buruknya menguras emosi dan menyedot habis energy positif kita.

Tidak ada satupun alasan untuk tetap berteman dengan orang yang tidak mau berusaha bersikap baik.

2 comments:

tour of duty said...

untuk kalimat terakhir : saya lebih memilih untuk teteap bertemen, karna someday teman ini akan berguna juga, dan oneday temen ini pasti akan berubah.

aeluroblog said...

mungkin utk saat ini belum bisa berteman. hanya waktu yg akan membuatnya kembali seperti semula he3.... :P

Post a Comment