Monday, May 28, 2012

disini, diayunan ini

gambar asli diambil dari my mirror of thoughts

Karena pada suatu hari kau pernah tak ingin untuk pergi ke taman bacaan favorit kita, kau tak ingin bersepedah dengan rute yang sama, kau tak ingin pergi les piano.
Kemudian kau menuntunku sampai ke ujung jalan, menghampiri sebuah bangunan warna warni. Menyuruhku megikutimu memanjat pagar taman kanak-kanak, kemudian kau berlari menghampiri ayunan, dan memberiku isyarat untuk mendekat dan duduk diayunan sebelah.

Sempat khawatir. Takut dimarahi penjaga taman kanak-kanak karena kita telah memanjat pagar, menyelundup masuk ke area bermain anak-anak. Tapi kamu bilang, tidak usah khawatir, papah-mu sahabat penjaga taman kanak-kanak ini.

Pernah suatu kali kau marah sambil duduk di ayunan ini,
Pernah suatu kali kau tertawa sambil duduk diayunan ini,
Pernah suatu kali kau menangis sambil duduk diayunan ini,
Pernah suatu kali kau hanya diam membisu sambil duduk diayunan ini,
Dan aku hanya akan duduk diayunan sebelah, menunggu sampai kau beranjak, berlari menghampiri pagar, kemudian memanjatnya.

Suatu sore, sesaat setelah hujan reda, kau memintaku untuk bertemu dibangunan warna warni ini. Kau bilang ada pelangi, dan kita harus melihatnya sambil duduk diayunan ini.

Suatu malam dipertengahan bulan maret, kau memintaku untuk bertemu dibangunan warna warni ini. Kau bilang ada bulan purnama, dan kita harus melihatnya sambil duduk diayunan ini.

Suatu pagi, tepat di hari ulang tahun-ku, kau memintaku untuk bertemu dibangunan warna warni ini. Kau bilang kau membuat pan cake strawberry cream cheese, yang ditengahnya kau tancapkan lilin dengan nyala api, dan aku harus meniupnya sambil duduk diayunan ini.

Hari ini sesaat setelah hujan reda, aku menghampiri bangunan warna warni ini, aku memanjat pagar, menghampiri ayunan, mengusap air sisa hujan yang masih menggenang diayunan dengan telapak tangan kananku, kemudian aku mendudukinya.

Rasanya masih sama. Sama ketika aku mendudukinya 10 tahun yang lalu. Tapi saat ini aku hanya duduk sendiri tanpa ada kamu diayunan sebelah dan tanpa ada pelangi.

4 jam sudah aku menunggumu, aku tak menghampiri rumahmu diujung jalan sana, karena percuma. Rumah itu sudah bukan menjadi tempat tinggal-mu lagi.

Kau pergi tanpa meninggalkan jejak, aku tak tahu harus mencarimu kemana.
Aku hanya bisa menunggumu setiap sore sesaat setelah hujan reda diayunan ini.
Aku hanya bisa menunggumu setiap malam di pertengahan bulan maret ketika ada bulan purnama.
Aku hanya bisa menunggumu setiap pagi dihari ulang tahun-ku, meskipun tanpa pan cake strawberry cream cheese, yang ditengahnya ditancapkan lilin dengan nyala api
Aku akan selalu menunggumu disini, diayunan ini.




3 comments:

Ami Jasmine said...

Aduhhhh....bagus banget ceritanya. Tentang ayunan yang menjadi saksi bisu kemesraan dua anak manusia. Btw,kalau ada waktu berkunjung yach ke blog aku di http:wwwamijasmine.blogspot.com
Salam kenal,Ami.

aRchieta said...

Melankolis nih..tapi bagus ceritanya

aeluroblog said...

ha3...., melankolis yaaah... :P

Post a Comment